Senin, 19 April 2010

Semua Umat Beragama Dapat Pahala

Semua “Umat Beragama” Mendapat Pahala Tuhan

 

(Nugroho. S.Th.I[1])

 

 

A. Pendahuluan

            Agama yang penulis maksud dalam judul ini adalah agama samawi atau agama yang telah diturunkan oleh Tuhan dan agama yang memerintahkan kepada penganutnya menyembah hanya kepada Allah yang kita kenal dengan istilah monoteisme atau tauhid. Umat beragama yang mendapat pahala tentunya adalah umat beragama yang melaksanakan semua apa yang telah diperintahkan dalam agama tersebut. Agama yang termasuk kedalam agama samawi ini adalah Islam, Yahudi dan Nasrani.

Permasalahan tentang  umat beragama mendapat atau tidaknya umat pahala disini adalah dalam tataran sudut pandang  informasi dalam kitab suci yang mana kitab suci yang penulis maksudkan adalah Alquran yaitu dalam surat albaqarah ayat 62. Dengan  judul Semua” Umat Beragama” Mendapat pahala dari Tuhan  disini  penulis inginkan dan harapkan yaitu mengajak “umat beragama” terutama Islam (bukan berarti selain islam tidak) untuk melakukan dan mengadakan dialog baik dalam intern umat baeragama maupun ekstern,  agar tercapai kedamaian diantara kehidupan sesama umat beragama karena pada dasarnya semua umat manusia yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta berbuat kebajikan semua akan mendapat pahala dari Tuhan dan mendapatkan kedamaian.

            Dalam tumbuh kembangnya kehidupan manusia selalu diikuti oleh berkembangnya pemahaman keagamaan dan pada saat itu pula selalu diiringi dengan konflik yang disebabkan salah satunya oleh agama[2], dan memang agama menurut Burhanuddin Daya merupakan modal keyakinan yang memiliki sumber elan fital rohani yang sangat besar arti dan pengaruhnya dalam pembentukan alam pikir dan sikap hidup manusia, dibanding dengan sumber-sumber keyakinan lain.[3] Seperti partai politik, sehingga agama dimanfaatkan sebagai usaha politik, karena sebab ini pula dalam masyarakat religius, segala program yang dilancarkan melalui agama akan merupakan jalan yang paling pendek dan mulus untuk ditempuh dan sebaliknya setiap langkah atau program yang mengabaikan agama akan sama saja dengan menegakkan benang basah.

Seringkali agama berpotensi sebagai sumber konflik bagi kehidupan manusia baik interumat beragama, antar umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah hal ini dapat kita lihat dari sepanjang sejarah kehidupan manusia baik di luar negeri maupun di Indonesia ini dikarenakan kurangnya toleransi, yang salah satunya disebabkan kurangnya sikap toleransi yang disebabkan kurangnya interaksi sesama umat beragama, dimana interaksi ini  salah satunya dapat diwujudkan dalam  kegiatan dialog.[4]Dengan makalah ini penulis akan mencoba mendialogkan tema agama dengan melihat dari persamaannya yaitu dari sisi balasan pahala dari Tuhan yang akan diperoleh masing-masing agama dari sudut pandang Alquran yaitu surat albaqrah ayat 62.

 

B. Balasan Pahala Pada Setiap Umat Beragama

 

Agama Yahudi. Kristen dan Islam adalah agama yang serumpun dan mepunyai satu asal. Ketiganya muncul ditimur tengah.[5] Yang pertaa kali datang adalah agama Yahudi, dengan nabi Ibrahim dan nabi Musa sebagai pembina utama. Kemudian Kristen dengan Yesus Kristus sebagai pembawa dan selanjutnya Islam dengan Nabi Muhamad Saw, sebagai rasul.dalam sejarah, ketiganya mempunyai perkembangan yang berlainan. Agama Yahudi dan Kristen berkembang di barat, sedangkan Islam berkembang di dunia timur.

Setelah agama kristen lahir, agama baru ini tidak dapat diterima oleh pemeluk-pemeluk agama Yahudi, dan terjadilah pertentangan antara kedua agama tersebut, yang pengaruhnya masih terasa sampai dewasa ini. Demikian pula setelah agama Islam timbul, terjadipula pertentangan antara peeluk agama Yahudi dan pemeluk agama baru itu. Sehingga konflik tersebut berkelanjutan hingga sekarang .

Dan ironosnya, ketika seumua agama, yang oleh masing-masing penganutnya diyakini sebagai dimensi yang paling suci dan menyebabkan hidup serta kehidupan pribadi serta kelompok manusia menjadi sakral ternyata dalam perjalanan sejarahnya, sering terlibat sekandal hubungan konflik antara satu sama lain. Tiga agama sekandung Yahudi, Nasrani dan Islam yang berasal dari satu sulbi Ibrahim telah menodai lukisan–lukisan sejarah perkembangn hubungannya dengan tetesan darah para martir dan suhada di masing-masing pihak.[6]

Pada kondisi diatas kita sebagai umat dari salah satu agama tersebut ikut prihatin dan seharusnya kita mempunyai tanggung jawab terhadap persoalan diatas terlepas dari sunatullah yang telah diberikan kepada manusia untuk tidak menjadi satu umat[7] tentu kita tetap saling menghormati dan menciptakan kedamaian karena kita pada dasarnya adalah khalifah[8] yang bertugas menjaga dan menciptakan kedamaian di bumi. Walaupun Menurut Abdulaziz Sachedina, penegasan akan kebenaran keselamatan yang eksklusif dipandang wajar dan merupakan suatu sarana yang diperlukan bagi suatu klompok untuk menunjukkan identitas diri dalam rangka menghadapi klaim kebenaran mutlak yang lain.[9]

Sebagai orang muslim tentunya selalu berbuat baik dan menciptakan perdaaian karena ini menjadi salah satu syaratnya, menurut Nur Kholik Ridwan orang yang disebut muslim, mengikuti Ibrahim, atau agama yang diperintahkan Tuhan pada manusia, ada dalam berbuat kebajikan pada orang-orang yang tertindas untuk membelanya  syarat mutlaknya dan terdasar orang disebut muslim adalah berbuat kebajikan bahkan menjadi syarat hamba-hamba Tuhan yang tidak dikategorikan “pendusta agama oleh karena itu membebaskan yang tertindas harus dibayar oleh mereka yang mengaku beragama terutama orang muslim.[10]

Alquran sebagi kitab suci agama Islam telah memberi resep atau arahan-arahan yang sangat diperlukan bagi manusia untuk memecahkan salah satu masalah kemanusiaan universal, yaitu realitas pluralitas keberagaman manusia, Alquran menyebut pemeluk agama Islam sebagai “umatan wasatan”(umat yang berada ditengah-tengah)menurut Amin abdullah, jika ayat di atas dilihat dalam kontek pluralitas kehidupan keberagaman manusia seyogyanya untuk tidak “berlebih-lebihan”dalam segala hal termasuk “berlebih-lebihan dalam persoalan kehidupan keberagamaan.[11]

   Semua agama yaitu Yahudi, Kristen dan Islam adalah agama yang pada mulanya adalah agama yang diturunkan oleh Allah dengan diutusnya rasul yang mana rasul itu bersaudara sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang artinya:

Di antara umat manusia, Aku lebih berhak atas Isa putra maryam di dunia dan akhirat. Para nabi adalah bersaudara tunggal bapak, ibu mereka berbeda-beda, aka agama mereka satu.(H.R. Bukhori).

Alah telah menurunkan agama tauhid kepada manusia disertai dengan rasul pembawanya yaitu sejak Nabi Ibrahim sampai dengan Nabi Muhammad saw. Walaupun syariahnya berbeda-beda namun agama para rosul itu satu dan sama yaitu pada dasarnya mengajarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atau Lailahaillallah dan perlawanan kepada penindasan dan kekerasan. Tuhan tidak memaksa kepada manusia untuk beragama.

Ibnu Taymiyah[12] dalam kitab Iqtidla Al-Shirath Al-Mustaqim menegaskan,  bahwa agama semua nabi adalah sama dan satu, yaitu Islam, meskipun syariatnya berbeda sesuai dengan zamannya masing-masing nabi itu dan dan asal usul agama itu adalah Islam, yaitu agama pasrah kepada Tuhan itu satu, meskipun syariatnya bermacam-macam.

 Allah sendiri telah berjanji kepada siapa saja yang beriman kepadaNya dan hari akhir serta berbuat kebajikan semuanya akan mendapat pahala. Sebagai mana firman Allah dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat:62 sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang shabiin, siapa saja(diantara mereka ) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.[13]

            Menurut Hasbi Ash Shiddieqi dalam tafsir An Nur[14] bahwa Orang beriman yaitu segala manusia yang beriman kepada Rasuullulah dan menerima segala kebenaran yang di datangkan oleh Rasullulah dari Allah swt, orang-orang Yahudi yaitu semua orang yang memeluk agama Yahudi, yang disyariatkan oleh Nabi Musa. Orang-orang Nasrani yaitu semua mereka yang memeluk agama yang di bawa oleh Nabi Isa, atau segala mereka yang membangsakan  diri kepada Isa bin Maryam. Orang-orang Sabiin yaitu segala kaum yang mengakui keesaan Allah, akan tetapi beri’tikad juga bahwa binatang-binatang dapat memberi kekuasaan pula dan mereka mengakui sebagian dari pada nabi-nabi. Orang-orang sabiin ada yang berpendapat nama golongan yang mengikuti syariat nabi-nabi zaman dahulu. Pahala yaitu kemenangan dan kebajikan dunia akhirat.

Menurut Nurchalis Madjid[15] tawakal adalah salah satu rangkaian iman, tawakal yang menurut ejaan aslinya “tawakkul”yaitu “bersandar” dan mempercayakan diri, orang yang beriman  memiliki keyakinan bahwa dia senantiasa dalam perlindungan Allah sehingga mengakibatkan rasa mantap dan percaya kepada diri sendiri, orang yang beriman adalah orang kuat hati dan jiwanya sehingga tidak gentar dalam menghadapi hidupnya dan tidak mudah putus asa.

Menurut gerakan pluralisme ayat 62 dari surat Al-Baqarah merupakan pengakuan Alquran bahwa agama Yahudi, Nasrani, dan Shabii adalah benar karena mereka mendapat janji Allah untuk memperoleh pahala, selama mereka mau beramal shalih jadi hal yang pokok bagi penganut setiap agama adalah amal shalihnya untuk memperoleh pahala dari Allah bukan karena agamanya.[16]

Ayat diatas menurut hemat penulis merupakan petunjuk bagi kita umat beragama untuk saling berlomba-lomba untuk menciptakan kedamaian dan mencari pahala dari Tuhan bukan dijadikan sebuah alasan untuk membenar salahkan agama orang lain yang terjadi pada kondisi umat beragama pada saat ini, apa bila ini yang terjadi maka konflik antar agama bahkan dalam agama yang satu akan tibul peperangan sinyalemen ini sudah terjadi di negara kita misalnya ahmadiah, amrozi cs konflik di ambon dll bahkan sudah terjadi sejak dulu baik di barat maupun di timur. Hubungan konflik, saling curiga, kebencian dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul dimana-mana hingga dewasa ini dan menurut ramalan pertarungan antara dunia Islam dengan dunia Kristen akan semakin mendominasi konflik dunia global.[17]

Oleh karena itu dalam memahami ajaran agama diperlukan keterbukaan dan menurut Ahad Najib Burhani, keterbukaan hanya dapat terwujud dengan pengakuan adanya kemajemukan umat manusia atau pluralisme.[18] Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dan beraneka ragam agar mereka bekerja sama dan manusia seharusnya menghargai perbedaan dan toleran terhadap perbedaan itu dan jika ada sekelompok umat beragama atau masyarakat yang mengakui sebagai pemilik utlak kebenaran dan memaksakannya kepada orang lain atas namaTuhan, aka tindakan tersebut merupakan sejenis tirani dan awal peperangan dengan Tuhan. Lagi pula Allah sendiri tidak pernah memaksakan kepada manusia untuk memeluk suatu agama sebagai mana firman Allah

Artinya: Tidak ada paksaan dala menganut agama Islam sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka sungguh, dia telah berpegang tegguh pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar maha mengetahui.[19]

Tidak dibolehkannya memaksakan suatu agama ialah[20] karena manusia dianggap sudah mampu dan harus diberi kebebasan untuk membedakan dan memilih sendiri mana yang benar dan yang salah . dengan kata lain, manusia kini dianggap sudah dewasa sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya yang benar, dan tidak perlu dipaksa-paksa seperti seorang yang belum dewasa.

Terlepas bagaimana kondisi keaslian ajaranya  ada perubahan atau campur tangan manusia atau tidak dan ada penyipangan atau tidak dalam ajaran yang diterima oleh para rasul masing-masing  agama yaitu Yahudi, dan Kristen sekarang tentu kita sebagai salah satu dari agama yang sama-sama disebut oleh Allah sebagai umat yang sama-sama perpeluang mendapat pahala tentunya kita harus saling menghormati dan mengakui kemajemukan sesama pemeluk agama agar tercapai kedamaian yang dapat diwujudkan saling memahami ajaran masing-masing yaitu dapat ditempuh dengan jalan dialog karena menurut hemat penulis dengan menawarkan tema-tema kesamaan dalam setiap agama selain bisa menciptakan kedamain kita bisa mengingatkan apabila ada penyimpangan.

Kesimpulan

Semua umat agama Yahudi, Nasrani dan Islam semuanya akan mendapat pahala(kemenangan dan kebajikan di dunia dan akhirat) dan kedamaian dari Tuhan apabila mereka beriman kepada Allah dan hari akhir serta berbuat baik.

Tema-tema persamaan dan perbedaan yang ada dalam masing-masing agama dapat dijadikan tema dalam dialog antar agama. Dan Keterbukaan serta toleransi antar umat beragama sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan perdamain.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdulaziz Sachedina, dkk. Agama untuk manusia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.

 

Ahad Najib Burhani, Islam Dinamis Menggugat Peran Agama Membogkar Doktrin yang Membantu, Kompas, Jakarta, 2001.

 

Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Pustaka Pelajar, 2004.

 

Burhanuddin Daya, Agama Dialogis Merenda Dialektika Idealitas dan Realitas Hubungan Antar Agama, Mataram-Minang Lintas Budaya, Yogyakarta, 2004.

 

__________, Makalah Relasional Agama-Agama dan Dialog Lintas Agama dan Budaya, 2008.

 

Departeen Agama RI, Al Quran dan Terjemah, CV.Diponegoro, Bandung, 2007.

 

Hasbi Ash Shiddieqi, Tafsir Al Quranul majid “An Nur”, Juz I, Cet II, Bulan Bintang, Jakarta, 1965.

 

Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, cet.5, 1998.

 

Muhammad Thalib Anggapan Semua Agama Benar Dalam Sorotan Alquran, Menara Kudus, Jogjakarta, 2003.

 

Nurchalis Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, Paramadina, Jakarta, 1994.

 

Nur Kholik Ridwan, Detik-Detik Pembongkaran Agama, Naskah Nusantara, Yogjakarta, 2003.

 

Said Agil Husin Al munawar , Fikih Hubungan Antar Agama, Ciputat Press, Jakarta

Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, cet.5, 1998.

 

Sri Muryanto, Islam Agama Cinta, Gama Gemilang, Semarang, 2006.

 

Yusuf Al-Qaradhawi, Kita dan Barat, Menjawab Berbagai Pertanyaan Menyudutkan Islam, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2007.



[1] Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Studi Agama Dan Resolusi konflik tahun 2008/2009.

 

[2] Konflik ini biasanya disebabkan pemahaman terhadap interpretasi teks suci keagamaan karena masing tokoh agama terdapat perbedaan.

[3] Burhanuddin Daya, Agama Dialogis Merenda Dialektika Idealitas dan Realitas Hubungan Antar Agama, Mataram-Minang Lintas Budaya, Yogyakarta, 2004, hlm. 3.

[4] Dialog adalah percakapan dua orang atau lebih dalam mana diadakan pertukaran nilai yang dimiliki asing-masing pihak,lihat dalam Said Agil Husin Al munawar , Fikih Hubungan Antar Agama, Ciputat Press, Jakarta, hlm. 41.

[5] Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, cet.5, 1998, hal . 276.

[6] Burhanuddin Daya, Makalah Relasional Agama-Agama dan Dialog Lintas Agama dan Budaya,hlm. 6.

[7]Al Quran Surah An-Nahl ayat 16 artinya “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kau satu umat, tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan.

[8] Al Quran surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya” Dan ingatlah ketika Tuhan mu Berfirman kepada malaikat “Aku hendak menciptakan kalifah di Bumi”.

[9] Abdulaziz Sachedina, dkk. Agama Untuk Manusia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal. 1-2.

[10] Nur Kholik Ridwan, Detik-Detik Pembongkaran Agama, Naskah Nusantara, Yogyakarta, 2003, hlm. 12.

[11]Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 9.

[12] Nurchalis Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, Paramadina, Jakarta, 1994,, hlm 2-3.

[13] Departeen Agama RI, Al Quran dan Terjemah, CV.Diponegoro, Bandung,2007, hlm 10.

[14] Hasbi Ash Shiddieqi, Tafsir Al Quranul majid “An Nur”, Juz I, Cet II, Bulan Bintang, Jakarta, 1965, hlm, 173-176.

[15] Nurchalis Madjid, Op.cit hlm 12-16

[16] Muhammad Thalib Anggapan Semua Agama Benar Dalam Sorotan Alquran, Menara Kudus, Jogjakarta, 2003. hlm. 130,. 

[17] Burhanuddin Daya, Makalah, Op.cit, hlm.16.

[18] Ahad Najib Burhani, Islam Dinamis Menggugat Peran Agama Membogkar Doktrin yang Membantu ,Kopas, Jakarta, 2001, hlm. 5.

[19] Alquran Surah Al Baqarah ayat .256.

[20] Nurchalis Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, Op.cit, 1994, hlm 218.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar