Ramai Ramalan Kiamat
Oleh: Nur Cahyaning Dalu
Sejenak kita tinggalkan hiruk pikuk berita politik, hukum atau hal-hal yang berbau dengan kisruhnya wong-wong duwuran. Tengoklah sebentar masalah yang tak kalah serunya dengan berita politik saat ini yaitu masalah isu kiamat 2012. Seperti halnya berita politik, isu kiamat yang sering di follow up di media massa, khususnya di TV, juga mengundang banyak tanggapan dari berbagai pihak, ada yang menyambutnya dengan cara menontonnya ada juga yang mengecam tapi belum pernah lihat filmnya. Aneh, kan? Tapi memang begitulah karakter bangsa ini suka cepat menanggapi sesuatu alias latah.
Isu kiamat 2012 yang difilmkan memang beda dengan isunya KPK vs Polisi atau kasusnya Antasari dan sangat berbeda sekali dengan kasus perceraiannya Anang-Krisdayanti. Isu ini berkaitan dengan umat sekaligus menyangkut masalah keimanan. Oleh karrena itu yang menanggapi pun bukan sembarangan orang atau mungkin banyak yang tak berani mengutak-atik masalah kiamat sehingga mereka cenderung menunggu fatwa. Fatwa MUI lah yang ditunggu-tunggu untuk memberikan label haram untuk menonton film kiamat 2012. Di berbagai daerah sudah ada seruan untuk memboikot film ini dan haram untuk melihatnya.
Kita tak perlu risau dengan maraknya larangan-larangan atau santernya istilah haram yang sekarang kayaknya lagi nge-trend. Berprasangka baik sajalah, mungkin itu adalah bentuk kasih sayang dari saudara-saudara kita yang tak tega melihat jika nantinya sepulang dari menonton film kita menjadi manusia yang linglung, menjadi goyah iman kita mengenai kiamat. Oke lah! Kalau memang ada semacam ketakutan dari ulama karena meragukan iman kita yang mungkin masih dianggap sakpucuke kuku ireng, tak lebih dari ujung jari, kita terima. Tapi maukah orang-orang yang berada di maqom keimanan yang lebih tinggi dari kita itu mau menonton? Soalnya menurut saya kalau mereka menonton takkan goyah imannya dan tahu mana ramalan yang difiksikan, mana yang bohong-bohongan belaka.
Sebetulnya kalau saja mereka mau menonton film tersebut sepulangnya bisa berkomentar “wah gak seru, kurang dahsyat!”. Terus punya inisiatif membuat film tandingan yang lebih dahsyat, lebih mengerikan. Al-qur’an sebagai referensinya. Soalnya dalam film tersebut kiamatnya cuma hujan meteor, tsunami, gempa atau yang lainnya, kurang seru. Coba kalau berita kiamat yang tertera dalam al-Qur’an kita visualisasikan dalam bentuk film pasti lebih seru daripada film mereka yang hanya berdaarkan referensi ramalan bangsa Maya. Karena gambaran kiamat al-Qur’an jelas lebih ngeri: gunung beterbangan layaknya kapas tertiup angin, matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, gunung-gunung dihancurkan, binatang liar dikumpulkan (termasuk buaya dan cicak karena termasuk binatang liar), lautan meluap, malaikat berbaris, suara yang memekakkan dan masih banyak lagi. Gambaran tadi penulis sebutkan hanya dari satu surat saja padahal gambaran mengenai kiamat dalam al-Quran lebih dari satu surat sehingga kalau dibuat filmnya pasti takkan ada orang yang mau menonton lagi atau bahkan banyak orang yang insyaf karena begitu ngerinya dan terciptanya ishlah antara KPK dan Polisi, karena ternyata kelak mereka akan dikumpulkan (ingat kan gambaran yang penulis sebutkan bahwa binatang liar akan berkumpul). Tapi itu hanya angan-angan penulis karena selama ini dari MUI tak ada yang menonton apalagi mau membuat filmnya. Lupakan sajalah itu.
Sebetulnya yang menjadi persoalannya bukan masalah kiamat, baik peristiwanya maupun detailnya bagaimana peristiwa itu terjadi. Sumber masalahnya adalah waktu. Waktu kiamat itulah yang menyebabkan kritik dari berbagai kalangan termasuk MUI. Apalagi waktu kapan terjadinya kiamat itu merupakan soal rahasia Dzat yang menciptakan kiamat itu sendiri, yaitu Allah. Nabi, wali, ulama bahkan malaikat Isrofil yang bertugas meniup sangkakala sebagai tandanya kiamat saja tidak mengetahuinya. Persoalan kiamat benar-benar menjadi rahasia, kiamat laksana teka-teki Tuhan.
Meskipun waktu kiamat adalah urusan Tuhan tetapi peristiwa kiamat adalah hal yang pasti terjadi. Sepert firman-Nya: “dan orang-orang kafir berkata, hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami, katakanlah: pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib sesungguhnya kiamat itu pasti terjadi akan datang kepadamu, tidak akan tersembuyi daripadanya seberat dzarrah pun yang ada di langit dan di bumi dan tidak ada pula yang lebih kecil dari pada itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata”.
Kiamat disebutkan oleh Allah maupun Rosul SAW hanya dengan kata-kata “dekat”, seperti dalam surat al-Anbiya’: “telah dekat kepada manusia hari menghisab amalan mereka, sedang mereka dalam kelalaian lagi berpaling”. Hadits menyebutkan : berkata Imam Ahmad, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ibnu Junaij dari Abu Az-Zuhri bahwasanya beliau pernah mendengar Jabi bin ‘Abdullah berkata, aku mendengar Nabi (sebulan sebelum kematiannya) bersabda: “kamu bertanya kepadaku mengenai kiamat, sementara ilmu tentang itu hanya pada Allah dan beliau bersumpah bahwa tidak ada lagi suatu jiwa yang bernafas di permukaan bumi saat ini setelah seratus tahun kemudian.
Tak ada kepastian kapan waktu kiamat (tanggal, bulan, tahun) terjadi, yang ada hanyalah isyarat-isyarat bahwa kiamat telah dekat. Hadits di atas bukanlah Nabi hendak memastikan kiamat akan terjadi seratus tahun lagi dari sebulan sebelum kematian Beliau. Kita memang harus cermat dan tidak lekas men-justice (menghukumi) bahwa Nabi telah berbohong soalnya sudah sekian ratus tahun kiamat tidak terjadi. Semua kata “dekat” atau bilangan angka yang seolah memastikan waktu kiamat hanyalah bersifat relatif, patokan waktu yang digunakan bukanlah waktu yang kita pakai ini melainkan waktu yang berdasarkan ukurannya Allah. Seperti yang disebutkan al-Qur’an dalam surat al-Hajj ayat 47 bahwa sehari di sisi Allah sama halnya seribu tahun menurut perhitungan kita.
Kita seharusnya tak perlu menjadi umat yang latah, cepat merespon dengan mengharamkan atau menghalalkan sesuatu. Cermati dulu peristiwanya baru dikomentari. Sebetulnya ramalan waktu kiamat tak hanya sekali ini saja. Pada tahun 1999 soal kiamat juga diperbincangkan, bahwa pada tahun 1999 bulan 9 tanggal 9 jam 9 atau hal-hal yang berbau sembilan, akan terjadi kiamat. Kenyataanya tidak kan?! Tak hanya bangsa Maya yang meramalkan kejadian hari kiamat. Ada buku lain yaitu buku yang ditulis oleh Jaber Bolushi yang mengatakan bahwa pada bulan oktober 2015 Imam Mahdi akan datang. Imam Mahdi sendiri merupakan tanda-tanda kalau kiamat memang sudah sangat dekat. Ramalan ini didasarkan pada metode al-jumal al-taqlidi dan al-jumal al-shaghir yaitu metode yang berdasarkan mekanisme hitung-hitungan angka yang terdapat pada kata dan kalimat. Dan kalimat tersebut adalah kalimat al-Qur’an.
Jika kita cermati dari dua ramalan tersebut, ramalan bangsa Maya dan Jaber, tentunya kita bisa membuat kesimpulan: benarkah kiamat akan terjadi pada 2012? Bukankah Imam Mahdi baru akan turun pada 2015 (berdasar ramalan Jaber) dan turunnya Imam Mahdi adalah prolog bagi kiamat? Kalau Imam Mahdi benar turun ditahun 2015 seharusnya tidaklah benar, soalnya pada tahun 2012 sudah kiamat (berdasar ramalan bangsa Maya) yang berarti sudah gak ada makhluk lagi termasuk Imam Mahdi. Nah, dari sini kita akan tahu bahwa tak ada kepastian secara pasti mengenai kiamat, tak ada kata seia sekata antar peramal kapan waktu kiamat.
Soal filmya. Kiamat 2012, ah… itu kan cuma film. Film sendiri dibuat tidak lain bertujuan cari duit, bukan mau menambah atau mengurangi keimanan manusia, kalau ada iman seseorang berkurang kita tanyakan pada orang tersebut kok masih sempat-sempatnya imannya berkurang hanya karena film. Apa al-Qur’an atau kitab anda kurang seru menggambarkan kiamat? Seharusnya isu yang berkembang saaat ini menjadi momentum untuk menjadi manusia yang jeli, kritis dan tak mudah latah tentunya. Bukannya lantas terbawa isu. Isu adalah buatan manusia dan kalau kita masih meyakini kalau kita manusia seharusnya kita berani meng-counter isu tersebut dengan yang lebih dahsyat.
*Penulis adalah penikmat isu-isu kontemporer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar