NABI MUHAMMAD SAW UMMI ATAU GENIUS
Oleh : Rendi H
.Nabi lahir dimekkah pada hari senin 571 Masehi, sebagai rasul terakhir yang menyempurnakan ajaran-ajaran ketauhidan nabi-nabi sebelumnya sehingga dia mendapat sebutan khatamun nabiyyin (penutup para nabi) dan ummul anbiya` wal mursallin (pemimpin para nabi dan rasul). Dalam suatu riwayat dikatakan Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama membuka pintu surga, dan dia satu-satunya nabi yang akan mendapat syafa`at dari Allah SWT pada yaumul mahsyar, dan masih banyak lagi kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepadanya.
Tetapi sangat Ironis sekali dibalik kelebihanya ada sebuah statement dari para ulama-ulama klasik seperti syekh al-qurthubi yang mengatakan bahwa Rosul tidak dapat membaca dan menulis, dia buta huruf?? Seorang Rosul kekasih Allah SWT pemimpin umat manusia tidak mampu membaca dan menulis? Akidah umum umat Islam menggariskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah “ummi”: tidak tahu tulis-baca. Keyakinan ini begitu melekat di alam bawah sadar mereka. Sehingga muncul semacam keyakinan bahwa tanpa “keummian” beliau, wahyu tidak sempurna. Apakah benar beliau “ummi” sejak kecil hingga menghadap Allah SWT? Atau sebaliknya? Beliau benar-benar jenius. Benarkah teori sejarah tersebut? Apa makna dibalik munculnya teori tersebut?
Dalam sejarah, Rasul tidak pernah sekalipun menulis setiap wahyu yang turun kepadanya, Rasul selalu menyuruh para sahabat untuk menuliskanya mungkin itulah yang dijadikan salah satu bukti bahwa Rasul tidak dapat membaca dan menulis. Tapi menurut saya bukti tersebut sangatlah lemah bahkan itu tidak dapat dijadikan sebagai sebuah pembuktian. Menurut saya itu bisa jadi sebuah pembagian kerja, Rosul sebagai penerima wahyu dan sahabat yang menuliskanya, seperti seorang direktur yang memiliki sekretaris yang selalu menuliskan apa yang dikehendaki sang direktur, bukan berarti direktur tersebut tidak dapat membaca dan menulis tetapi itu adalah sebuah pembagian tugas, begitu juga dengan yang dilakukan Rosul, atau bisa juga rosul berfikir kedepan kalau setiap wahyu yang turun itu rosul sendiri yang menuliskanya mungkin untuk waktu ke depanya itu akan dijadikan bukti para orang-orang kafir untuk mengatakan bahwa Al-Qur`an itu adalah karangan Muhammad dan itu dapat menjadi sebuah musibah yang besar untuk ummat mendatang, maka dari itu Rosul selalu menyuruh para sahabat untuk menuliskanya supaya keorisinalan Al-Qur`an sebagai wahyu Tuhan bisa terjaga.
Dan sebuah ayat yang dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa nabi tidak dapat membaca dan menulis adalah :
157. (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.(Q.S Al-a`raff : 157)
Para ulama sepakat bahwa rosul adalah ummi, tetapi penafsiran ummi tersebut masih menjadi perbedaan, para ulama klasik menafsirkan kata “Ummi” disitu secara tekstual yang memiliki arti seorang yang tidak mampu membaca dan menulis, padahal kita tahu bahwa bahasa yang dipakai didalam Al-qur`an adalah bahasa sastra yang didalamnya terdapat banyak majas dan konotasi kata, "ummi" memang bisa berarti "buta huruf", tapi ini tidak dapat dipakai untuk menjelaskan nabi, kalau kita lihat kembali sejarah pada zaman dahulu orang-orang Yahudi dan Nashrani sering memanggil ummat diluar mereka sebagai orang-orang “ummi” atau non-Yahudi dan non Nashrani” Termasuk Rasulullah dan orang Arab lainnya. Selain itu, kata "ummi" di situ juga bisa merujuk pada kata "umm" atau ibu kandung. Jadi, maknanya adalah "orang-orang yang seperti masih dikandung oleh rahim ibunya, sehingga belum tahu apa-apa".
Beberapa pendapat seperti yang diajukan oleh Allamah Tabataba’I dalam tafsirnya al-Mizan bahwa kata “ummi” mempunyai relasi dengan kata “al-Umm” yang artinya ibu. Bisa jadi dikarenakan rasa cinta seorang ibu kepada anak anaknya sehingga dia tidak mempercayakan anaknya belajar kepada guru lain selain dirinya.
Dalam hal yang sama, masih menurut Tabataba’I- Allah begitu mencintai utusan Nya, jadi Dia mengajarkannya langsung daripada membiarkan pikirannya di sentuh oleh guru biasa!
Pandangan ini juga serupa dengan Abdul karim Al-hairi (an-nabiyyu al-ummi) yang mengatakan :” makna kata ummi bukanlah tidak mampu membaca dan menulis, tapi merujuk pada kata umm (ibu kandung).
Ajaran bahwa Rasulullah tidak mampu baca-tulis adalah sebuah kekeliruan tafsir sejarah yang konyol. Kalau ada umat yang begitu bangga menerima kenyataan bahwa pemimpin atau nabi-nya sebagai sosok yang buta huruf, itulah umat Islam. Tak ada lain. Sejak kecil, ketika seorang anak muslim mulai mengenal baca-tulis, ajaran bahwa Nabi adalah sosok yang buta huruf selalu ditekankan. Kebutahurufannya seakan menjadi kenyataan yang patut dibanggakan dan bisa membangun kepercayaan diri umat Islam! Pertanyaannya, benarkah ajaran itu? Atas dasar apa Nabi dianggap sebagai sosok yang buta huruf? Apakah ia pernah menyatakan dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil hingga akhir hayatnya? Lalu, jika ada anggapan ia mampu membaca dan menulis, apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?
Ada tafsir sejarah yang keliru terhadap kapasitas Rasulullah, khususnya dalam soal baca-tulis. Dan semua itu, bersumber dari kekeliruan kita dalam menerejamahkan kata "ummi"
Syekh Al-Maqdisi dalam bukunya “Mengungkap misteri keummian Nabi” yang diterjemahkan oleh Abu Nayla, menunjukkan bukti-bukti otentik (hadis) yang menunjukkan fakta sebaliknya bahwa Rasulullah adalah sosok yang justru pintar membaca dan menulis. Antara lain, sebuah hadis yang diungkapkan Zaid bin Tsabit bahwa Nabi pernah bersabda: "Jika kalian menulis kalimat Bismillahirrahmanirrahim, maka perjelaslah huruf sin di situ." Pikirkan, kalau untuk soal huruf saja ia memperhatikan, ibarat seorang editor naskah, mungkinkah Nabi seorang yang buta huruf?
Kita tahu bahwa Rasul itu memiliki sifat Siddiq, amanah, tabligh, fathonah. Apalah arti keempat sifat tersebut jika Rasul tidak dapat membaca dan menulis. Kita ambil satu contoh saja sifat fathonah atau cerdas, bukankah sangat kontradiksi sekali,di satu sisi dia cerdas tetapi disisi lain dia tidak mampu membaca dan menulis, apalah arti kecerdasan yang seperti itu. Begitu juga akan terjadi hal yang sama kalau kita masukkan kedalam sifat rasul yang lainya.
Ayat yang pertama turun adalah Surat Al-Alaq 1-5 yaitu perintah membaca, hubungan nabi dengan malaikat jibril itu seperti seorang sahabat karib, jadi tidak mungkin malaikat jibril menyuruh rasul membaca kalau rasul tidak dapat membaca, seperti saya tidak akan menyuruh teman saya membaca kalau saya tahu teman saya itu tidak dapat membaca. Seharusnya kalau memang seperti itu ayat yang pertama turun adalah “dengarkanlah” bukan “bacalah”.
Rasul adalah berasal dari keturunan Ningrat bukan dari keluarga tidak mampu, kakek rasul Abdul Muthalib adalah pemimpin Bani Quraisy. Kebiasaan orang-orang ningrat pada masa itu adalah menyusukan anaknya kepada orang lain dan itu terbukti pada rasul dan selain itu kebiasaan lain yang mereka lakukan adalah menyekolahkan anaknya di suatu lembaga pendidikan yang bernama kuttab. Lembaga pendidikan khusus untuk orang-orang ningrat, jadi tidak mungkin rasul tidak mengenyam pendidikan disitu. Dan Rasul juga pernah diasuh oleh Abu Thalib. Abu Thalib adalah seorang yang sangat mengutamakan pendidikan, itu terbukti anaknya Ali bin Abi Thalib mendapat julukan “gudangnya ilmu pengetahuan” sedang Abi Thalib dalam sejarah juga sangat mencintai rasul terbukti dengan perjuangan-perjuanganya bersama rasul. Kalau Ali bin Abi tholib saja di sekolahkan hingga sampai mendapatkan juluikan mengapa rasul tidak???
Dalam sejarah rasul pernah mempunyai pengalaman berdagang bersama Siti khodijah, dia terkenal sangat jujur dan amanah sehingga siti khodijah mempercayakan urusan perdagangannya kepada rasul. Bagaimana mungkin seseorang yang buta huruf bisa jujur dan amanah.
Rasul memiliki sifat uswatun khasanah, dia adalah suri tauladan yang baik ,artinya sebelum rasul memerintahkan sesuatu kepada umatnya rasul telah melakukannya terlebih dahulu, bagaimana mungkin rasul memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu sampai ke negeri cina, menuntut ilmu dari lahir sampai mati sedangkan rasul sendiri masih terbelenggu dalam kebodohan buta huruf.
Dalam Al-qur`an dikatakan :
"Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenarnya dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannnya kepadamu. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."?
dan QS 98:2-3 :"Seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membcakan lembaran-lembaran bertulis yang disucikan (Al-Qur'an). Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus."?
Dan bacakanlah (watlu) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya. (18:27)
Dan bacakanlah (watlu) kepada mereka kisah Ibrahim. (26:69)
Bacalah (utlu) apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an). (29:45)
Selain membaca ternyata Nabi Muhammad SAW juga menulis dan mengirim banyak surat kepada para penguasa yang ada pada jaman itu, yaitu :
1. Raja Najasyi dari Habasyah alias Etiophia
2. Kaisar Heraklius penguasa Romawi
3. Haudzah ibn Ali al Hanafi, penguasa Yamamah
4. dll.
Itu semuanya menunjukkan bahwa Nabi Muhammad BISA BACA TULIS dan juga aktif membaca dan menulis.
Cara pandang yang sungguh baru mengenai 'keummian' Nabi Muhammad."
-Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
"Nabi memang ummi, tetapi beliau mampu membaca dan menulis."
-Dr. Muhammad Syahrur, Penulis Al-Kitâb wal Qur'ân,
"Makna kata ummi bukanlah tidak mampu membaca dan menulis, tapi merujuk
Pada kata umm (ibu kandung)."
Syaikh Al Maqdisi adalah nama samaran, seorang misionaris di Arab. Penerbit Indonesia yg menerbitkan bukunya entah teledor atau sengaja, menerbitkan dengan judul "Buta Huruf atau Jenius" sebagai eufimisme dari judul aslinya "Khurrafatu Ummiyatu Muhammad", dia menganggap umminya Nabi yg merupakan ijma` ulama2 pendahulu sbg khurafat. Argumentasinya berkisar seputar penafsiran independen tentang ayat dan hadits tanpa sekalipun mencoba untuk merujuk pada pendapat ulama terdahulu. Silahkan cek ke link misionaris berikut: http://alkalema.site90.net/cd1.htm
BalasHapusdan ini judul buku2nya yg lain: muhammad al watsaniyah (paganisme muhammad), kaafir ibnu kaafir (kafir anak orang kafir), majhul an tarikh muhammad dst. Sayangnya sebagian umat islam yg mudah dibodohi seperti ini.