Kamis, 29 Januari 2009

Pribadi Muslim Ideal

Judul di atas tidak hanya merupakan dambaan satu-dua muslim, melainkan menjadi dambaan hidup setiap orang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim. Namun persoalannya adalah bagaimana kiat-kiat untuk mewujudkan impian maupun dambaan hidup di atas? Melalui tulisan inilah penulis mencoba menjelaskannya.

Dalam al-Qur’an, banyak sekali dijumpai sekumpulan ayat-ayat yang memberikan petunjuk kepada kita tentang kepribadian muslim yang harus diwujudkan dalam pribadi kita masing-masing selaku hamba Allah Yang Maha Pengasih. Salah satu di antara ayat-ayat itu adalah surat al-Furqaan ayat 63-68. Kepribadian muslim ideal yang diterangkan dalam surat ini adalah sifat yang luhur dan mulia, sehingga Allah sendiri menyebut orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut dengan sebutan “Ibaadur Rahman” (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih). Adapun Redaksi ayat 63-68 dari surat al-Furqan adalah sebagai berikut:

وعباد الرحمان الذين يمشون على الاْرض هونا واذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلاما واللذ ين يبيتون لربهم سجدا وقياما و الذ ين يقولون ربنا اصرف عنا عذاب جهنم ان عذابها كان غراما انها ساءت مستقرا ومقاما والذين اذا اْنفقوا لم يسرفوا ولم يقتروا وكان بين ذلك قواما والذين لا يدعون مع الله الها اخر ولا يقتلون النفس التي حرم الله الا بالحق ولا يزنون ومن يفعل ذالك يلق اْثاما يضاعف له العذاب يوم القيامة ويخلد فيه مهانا .

“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Dan orang-orang yang yang di waktu malam bersujud dan berdiri karena Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata (berdo’a) Ya Tuhan Kami, jauhkan adzab jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian itu. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya.” (QS. (25) al-Furqan: 63-68).

Firman Allah di atas secara jelas memberikan kita pelajaran yang sangat penting, guna menghiasi diri dan pribadi kita dengan sifat-sifat, sikap dan perilaku yang menunjukan tata kesopanan dan keluhuran budi pekerti atau akhlak yang mulia sebagai hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih atau Ibaadur Rahmaan. Adapun ciri yang pertama dari Ibaadur Rahmaan adalah mereka yang apabila berjalan dan menampilkan diri di tengah-tengah masyarakat selalu berpenampilan yang simpatik, tidak sombong dan angkuh. Merek berjlan dengan penuh tawadhu’ dan dengan langkah yang tertur serta tidak dibuat-buat yang dapat menimbulkan kesan menarik perhatian orang lain. Ciri atau sikap yang pertama ini sejalan dengan firman Allah yang lain, yang menjelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang bersifat sombong lagi membangga-banggakan diri. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

ولا تصعر خدك للناس ولا تمش في الاْرض مرحا ان الله لا يحب كل مختال فخور واقصد في مشيك و اغضض من صوتك ان اْنكر الاْصوات لصوت الحمير

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu di dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara keledai.” (QS. Luqman: 18-19).

Dalam surat al-Israa’ ayat 37 juga disebut sebagai berikut:

ولا تمش في الاْرض مرحا انك لن تخرق الاْرض ولن تبلغ الجبال طولا

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”

Kedua, adalah tata cara kesopanan dalam berbicara dan berkomunkasi dengan orang lain, terutama ketika kita berhadapan langsung dengan orang-orang yang kurang ilmu pendidikannya atau pun lebih rendah derajatnya dari kita. Dalam hal ini hendaknya kita menunjukan adab atau etika yang baik dan terpuji. Dengan kata lain bahwa bagaimana kita menghadapi orang lain dengan tampilan wajah yang cerah dan simpatik serta membalas ucapannya dengan kata-kata yang mengandung kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan. Dengan demikian akan menimbulkan kesan pada lawan bicara kita bahwa dirinya diperlakukan secara terhormat dan sekaligus membuat kita dihormati dan menjadi ketauladanan baginya. Sikap atau cara bergaul seperti ini telah diajarkan oleh Rasulullah Saw melalui sabdanya, yaitu:

اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan perbuatan buruk, dan pergaulilah manusia (orang lain) dengan budi pekerti yang baik.” (HR. Tirmidzi).

Selain itu, dalam firman Allah yang lain juga disebutkan:

ولا تستوى الحسنة و لا السيئة ادفع با لتي هي اْحسن فاءذا الذي بينك وبينه عداوة كاْنه ولي حميم وما يلقاها الا الذين صبروا وما يلقاها الا ذو حظ عظيم .

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan di antara dia ada permusushan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Sifat-sifat yang baik itu) tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. (41) Fushshilat : 34-35).

Sedangkan ciri yang ketiga, selalu mempergunakan kesempatan di waktu malam harinya untuk melakukan taqarrub Ilallah dengan melakukan sholat tahajjud dan sholat witir serta melakukan dzikir dan muhasabah. Cara ini dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dengan memohon ampunan dan kekuatan serta keselamatan dunia dan akhirat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seorang muslim itu hendaknya pada siang hari melakukan tugas-tugas kehidupannya dan berjuang untuk kalimat Allah. Adapun pada malam hari hendaknya mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Keempat, senantiasa mengingat akhirat atau hari hisab.Yaitu suatu hari di mana semu amal manusia akan dipertanggungjawabkan di hari itu, yang baik akan diberi pahala yang berlipat ganda, sedangkan yang buruk akan diberi ganjaran dan siksa yang pedih lagi menghinakan. Karena itu, seorang muslim tidak boleh lalai dalam memohon kepada Allah agar dijauhkan dari adzab api neraka jahannam. Berdo’a kepada Allah pada hakikatnya adalah ibadah. Karena itu do’a merupakan amalan yang wajib dilakukan setiap muslim. Seseorang yang enggan dan tidak pernah berdo’a kepada Allah niscaya tidak akan memperoleh ridha dan ampunan Allah swt. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut ini:

وقال ربكم ادعوني اْستجب لكم ان الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين .

“Dan Tuhanmu berfirman: berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina-dina.” (QS. Al-Mu’min (40): 60).

Ciri yang kelima, membelanjakan rezeki yang dianugerahkan Allah dengan melakukan perbelanjaan secara hemat dan sederhana, yakni tidak boros dan tidak kikir atau bakhil, melainkan senantiasa membelanjakan harta di tengah-tengah yang demikian itu. Sikap hidup sederhana ini adalah sifat yang diridhai Allah. Sedangkan kebalikannya, perilaku hidup yang berlebih-lebihan itu sangat dimurkai Allah. Bahkan orang yang melakukannya disebut sebagai saudara setan. Hal ini terlihat dari penjelasan ayat berikut ini:

وات ذالقربى حقه والمسكين وابن السبيل ولا تبذر تبذيرا ان لمبذرين كانوا اخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا.

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang orang yang dalam perjalanan , dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudaranya setan, dan adalah setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa’ (17): 26-27).

Namun sebaliknya, Allah pun melarang kita untuk berlaku kikir dan enggan mengeluarkan harta pada saat-saat dibutuhkan, seperti untuk keperluan belanja dan kebutuhan sehari-hari, untuk kepentingan umat atau masyarakat umum, untuk menanggulangi bahaya kelaparan dan sebagainya. Di lain itu, Allah swt mewajibkan kita mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah, yang bertujuan agar harta itu dapat difungsikan sebagiannya untuk keperluan Fi Sabilillah dan untuk kepentingan masyarakat.

Keenam adalah selalu menjaga dan memelihara ibadahnya, semata-mata hanya karena Allah, bukan pada selainnya. Selain itu, seorang muslim tidak melakukan penganiayaan apalagi menghilangkan nyawa orang lain yang tidak dibenar secara hukum, demikian juga tidak melakukan perbuatan asusila. Mengingat semua perbuatan-perbuatan itu adalah termasuk dosa besar yang sudah barang tentu ada balasannya berupa sikaan (adzab) yang berlipat ganda di akhirat kelak.

Demikianlah penjelasan kesembilan sifat Ibaadur Rahman (Hamba-hamba AllahYang Maha Pengasih). Akhirnya uraian singkat ini mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua, khususnya dalam menjadikan diri kita semua sebagai pribadi muslim yang ideal, yang tidak hanya memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi diri kita pribadi, melainkan juga keluarga maupun lingkungan yang lebih luas, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Wallahu A’lam bishshowab

Oleh : Farid Naya, M.S.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar