Sabtu pagi, 27 Desember, Rushdi Abdu Alouf seharusnya pergi berbelanja ke supermarket di tengah kota. Malam tahun baru tinggal empat hari lagi. Di rumahnya di kota Gaza, yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari kantor kementerian pendidikan hamas, ia biasanya menyambut perayaan dengan suka cita. Seluruh keluarga besarnya, istrinya dn empat anaknya, ayah dan ibu Alauf, serta dua kakak laki-lakinya, daging panggang, buah-buahan, dan beragam minuman.
Gaza sibuk menyiapkan pesta pergantian tahun. Kantor dan pusat pelayanan umum juga sudah tutup sejak sehari sebelumnya. Pos-pos penjagaan tampak lengang. Banyak anggota paramiliter tengah menyiapkan sebuah acara pelantikan. Ya, semuanya baik-baik saja, sampai akhirnya sebuah iring-iringan pesawat tempur F-16 dan F-15 serta helicopter militer CH-53 milik Israel menererobos biru langit kota Gaza dan mulai menghujani sebuah kantor polisi dengan rudal. Bumi pelestina bergetar hebat, gedung rontok, pesta kembang api berubah menjadi pesta amunisi. Mayat bergelimpangan dari berbagai jenis, usia dan jabatan.
Hari pertama serangan Israel menyebabkan 200 warga Palestina tewas. Memasuki hari ke-12 kemarin, jumlah korban tewas mencapai 689 orang, termasuk 220 anak-anak dan 58 wanita. Lebih dari 3000 orang lainnya cedera. Gaza berubah jadi lautan darah.
Ingat gaza, ingat pula dengan Bale sigala-gala dalam lakon pewayangan. Bale sigala-gala adalah tempat pesta sekaligus neraka. Tempat ini ( bale sigala-gala ) merupakan jebakan yang dibuat oleh kurawa untuk melenyapkan trah Pandawa. Keturunan Pandawa merupakan pemilik sah atas tahta Ngastina sedangkan Kurawa hanyalah pihak yang dititipi oleh prabu Bharata saat prabu sentanu enggan di jadikan penerus tahtanya. Lamanya menguasai keraton menimbulkan niat untuk menguasai selamanya bagi kurawa. Jalan keji ditempuh, tipu muslihat dijalankan, halal-haram tak dihiraukan, yang terbesit hanyalah satu keinginan yakni Ngastina menjadi miliknya.
Palestina-Ngastina, gaza-Bale sigala-gala memang tak mempunyai asal-usul sejarah yang sama. Peristiwa yang terjadi di palestina adalah realita nyata sedangkan Bale sigala-gala hanyalah sebuah cerita gubahan manusia tetapi peristiwa yang terjadi di dalamnya mengandung pesan bagi anak cucu manusia.
Gaza dan bale sigala-gala merupakan saksi bisu atas kerakusan manusia dan menjadi tempat pembuktian bahwa manusia memang doyan perang. Perang dijadikan jalan akhir untuk merebut kekuasan, mempertahankan kehormatan. Manusia memang tak selalu lurus sekaligus mendalam dalam mengambil kebijakan, nafsu serakah seringkali di nomor wahidkan sehingga keputusan-keputusannya banyak memakan korban.
Israel merupakan kurawanya sejarah manusia. Dalam al-Qur'an bangsa Israel merupakan anak cucu dari keturunan nabi Nuh yang selamat dari bencana banjir besar. Keturunan nabi Nuh yang selamat ini kelak menjadi cikal bakal perkembangan sejarah manusia. Israel yang mempunyi arti sebagai bangsa yang disertai oleh para nabi, ternyata dalam realitanya tak menggambarkan jiwa sekaligus sifat kenabian. Bangsa Israel cenderung menjadi bangsa yang ingkar dan menyukai kerusakan daripada kedamaian. Kesombongan dan sikap 'ngeyel' nya menjadiakan bangsa Israel cenderung dijauhi oleh basa-angsa lain. Fir'aun pernah memburu dan bernafsu memusnahkan bangsa Israeil dari bumi Mesir. Menurut ramalan dari kalangan istana kelak dinasti Fir'aun akan diruntuhkan oleh keturunan yahudi yang selama pemrintahannya ini di jadikan budaknya. Tapi Allah berkehendak lain, Israel di selamatkan oleh Musa dari rencana 'holoucaust'nya fir'aun. Mekipun Musa adalah penolong tetapi kata-kata nya tak permah diiyakan oleh Israel. Musa mengajak mereka untuk bertauhid tetapi mereka malah ingkar dengan membuat tuhan tandingan dengan tuhan yang mereka buat dari emas. Keingkaran-keingkaran yang telah mereka buat menyebabkan tuhan pernah mengutuk mereka menjadi kera.
Kisah bangsa Israel dalm al-Qur'an mendapatkan porsi yang besar dibandingkan dengan kisah bangsa-bangsa romawi. Pengkisahan yang menempati porsi lebih ini seolah mengingatkan kepada umat manusia akan lika-liku sekaligus sifat dari bangsa Israel yang dalam sejarahya banyak menggoreskan sejarah yang kelam dari tangan tangan siluman.
Israel sejak dulu memang tak pernah mendiami wilayah yang permanent, baru pada 2 November 1917 dengan adanya deklarasi Balfour yang digagas Ingris Israel mulai mendirikan negara dengan menyerobot wilayah palestina. Deklarasi Balfour merupakan lampau hijau bagi bangsa yahudi Palestina untuk mendirikan tanah air. Negara baru di tanah air orang lain inilah yang menjadi awal dari rentetan pristawa berdarah di tanah palestina.
Palestina dalam pandangan Israel merupakan "tanah yang dijanjikan", mesikipun kata tersebut memuat kata janji yang mempunyai multitafsir, menyebabkan bangsa yahudi ini perlu menyingkirkan Palestina. Rentetan peristiwa berdarah menyulap palestina menjadi bale sigala-gala. Pada tahun 1936, ketika rvolusi arab yang dipimpin oleh Amin Al Husaini. Tak kurang dari 5000 warga arab terbunuh, peristiwa berdarah terus berlanjut, pada tahun 15 Mei 1948 secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Peristiwa ini menyulut Mesir, Surih, Irak, Lebanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh gendering perang melawan Israel.
Sampai sekarang palestina masih menjadi medan laga sehingga menimbulkan pertanyaan, akankah ada kedamain ditanah para rosul tersebut? Kapankah hal itu akan terjadi? Tak ada yang bisa memprediksikan waktunya. Selama Israel masih ngotot memperluas wilayahnya berarti selama itu pula perlawanan rakyat Palestina akan terus tercipta. Meskipun rudal-rudal meluluh lantakkan dan membunuh beribu rakyat Palestina selama itu pula (sebagaimana diungkapkan nono Anwar Makarim) beribu rakyat Palestina yang menawarkan dirinya untuk dilatih mengisi lowongan mereka yang dibantai. Sepuluh yang dibunuh, seratus yang maju. Politik basmi yang ditujukan pada gerakan yang didukung rakyat adalah jalan buntu.
Peristiwa berdarah di jalur Gaza hanyalah sebuah muqadimah ke peristiwa yang paling besar bak peristiwa pembantaian di bale sagala-gala yang menghantarkan ke perang Baratayudha. Ada semacam keyakinan di kehidupan umat manusia bahwa kelak kita akan mengalami peristiwa yang paling tragis sebelum kiamat tiba. Islam menyebutkan peristiwa itu sebagai Al mahamah Al kubra, huru hara besar atau umat lain menyebutnya Armageddon. Meskipun peristiwa ini tidak bisa ditebak bentuknya, perangkah atau suatu peristiwa alam. (waallahu a'lam)
Jika memang peristiwa itu benar-benar terjadi, apakah memang kita tidak bisa hidup dalam suasana damai? Apakah peristiwa berdarah sepanjang sejarah manusia menunjukkan kebenaran perkataan malaikat bahwa manusia adalah makhluk yang gemar menumpahkan darah? Ataukah semua ini adalah sekenario Tuhan? Yang jelas damai itu indah. Bukankah Tuhan sendiri menyukai kedamaian dan hanyalah yang berjiwa damailah kelak yang dimasukkan dalam " lingkaran Tuhan" sebagaimana firman-Nya' yaa ayyutuhannafsul muthmainnah irji' ilaa rodhiyataa mardiyah". Adakah jiwa-jiwa Ayang tenang yang tersisa dalm dada manusia sehingga terciptanya dunia" toto tentrem gemah raharjo"
kaha.Anwar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar