Kamis, 12 Agustus 2010

Pelajaran dari Kupu-kupu

Pelajaran dari Kupu-kupu

Oleh : Ary El Wanasaby


Hidup adalah perjuangan. Apapun kegiatan kita di muka bumi ini pada dasarnya adalah untuk mempertahankan eksistensi diri, agar tetap langgeng sehingga bisa menjalankan tugas yang diembannya sebagai khalifah Allah. Khalifah adalah pemimpin. Sekecil apapun kedudukan kita di masyarakat, kita adalah pemimpin, setidaknya pemimpin bagi diri sendiri.

Hidup memang membutuhkan perjuangan. Jika kita berbicara tentang “hidup”, maka kita akan dibenturkan dengan “masalah dalam hidup”. Tidak ada seorang pun yang hidup terbebas dari masalah, dan hidup pun tidak akan berarti jika tidak ada masalah. Masalah hidup sangat beraneka ragam, mulai dari yang sifatnya sepele seperti lupa mematikan lampu luar saat pagi hari, sampai masalah besar misalnya mengalami kecelakaan saat berkendara, punya hutang banyak, dan sebagainya. Masalah ada yang datang dengan sendirinya, ada pula yang sengaja kita buat sesuatu yang sebenarnya tidak masalah menjadi masalah. Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut dibutuhkanlah apa yang namanya “perjuangan”. Perjuangan ibarat sebilah pedang yang berfungsi membabat semua masalah yang merintangi jalan hidup kita. Tanpa perjuangan, mustahil kita dapat keluar dari masalah.

Masalah timbul karena adanya ketidaksesuaian/kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan kenyataan, atau dalam bahasa ilmiahnya yaitu kesenjangan antara das sein dengan das solen. Hal yang kita inginkan seharusnya lampu luar sudah dimatikan waktu pagi hari, namun kenyataannya masih menyala. Begitu pula saat berkendara kita tentu menginginkan selamat, namun kadang kenyataannya kita mengalami kecelakaan. Itulah beberapa contoh yang dinamakan masalah. Pertanyaannya kemudian, mengapa harus ada masalah dalam kehidupan ini? Bukankah tanpa masalah kita dapat hidup dengan tenang dan tentram?? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di sini kami mencoba menguraikannya dengan sebuah kisah menarik tentang bayi kupu-kupu. Berikut kisahnya.

Suatu hari pada saat lubang kecil timbul di suatu kepompong, seorang laki-laki duduk dan memperhatikan bagaimana seekor bayi kupu-kupu berjuang selama berjam-jam untuk memaksa mengeluarkan badannya melalui lubang tersebut. Akan tetapi beberapa saat kemudian, proses tersebut berhenti tanpa ada kemajuan lebih lanjut. Tampaknya bayi kupu-kupu tersebut sudah berusaha sekuat tenaga dan tidak bisa bergerak lebih jauh lagi untuk keluar dari lubang kepompong tersebut. Merasa kasihan, akhirnya sang lelaki tersebut memutuskan untuk menolongnya. Kupu-kupu tersebut akhirnya dapat keluar dengan mudah, walau dengan tubuh yang lemah, kecil, dan sayap yang mengkerut.

Sang lelaki terus mengamatinya dengan berharap bahwa suatu saat, sayapnya akan terbuka, membesar dan mengembang, agar bisa menyangga tubuhnya dan menjadi kuat. Lama menunggu, ternyata tidak terjadi apa-apa, dan kupu-kupu tersebut menghabiskan sisa waktu hidupnya dengan merangkak beserta tubuhnya yang lemah dan sayap yang mengkerut tidak pernah bisa terbang.

Itulah sepenggal kisah tentang bayi kupu-kupu, yang darinya kita dapat mengambil sebuah pelajaran. Lelaki baik dan penolong ini tidak mengerti bahwa kepompong yang menjerat maupun perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk dapat lolos melewati lubang kecil, adalah cara Allah untuk mendorong cairan tubuh dari kupu-kupu kesayapnya, agar kuat dan siap untuk terbang sewaktu-waktu setelah bebas dari kepompongnya nanti.

Perjuangan mutlak dibutuhkan dalam menjalani kehidupan kita ini. Apabila Allah membolehkan kita hidup tanpa ada hambatan, itu hanya akan membuat kita lemah. Adapun hambatan-hambatan itu adalah setiap masalah yang kita hadapi, yang kadang membuat kita bermuka masam, lebih parah lagi marah-marah sambil mengutuk orang lain yang tidak bersalah. Masalah bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi, sebab kita hidup tidak pernah lepas dari masalah. Sebaliknya, masalah ibaratnya bumbu penyedap yang akan menjadikan hidup menjadi manis, asem, asik. Karena masalah kita menjadi kreatif, karena masalah kita menjadi berjuang dan berusaha, karena masalah pula kita menjadi kuat dan pantang menyerah. Kita tidak perlu takut menghadapi masalah. Yakinlah. Allah hanya akan menguji kita sesuai dengan tingkat kemampuan kita.

Hidup di zaman modern yang serba kompetitif ini, perjuangan merupakan perkara yang mutlak kita miliki. Disamping itu, semakin maju sebuah peradaban semakin, kompleks pula masalah yang dihadapi. Di negara kita misalnya, beraneka macam masalah seolah datang bertubi-tubi. Sebut saja misalnya, korupsi yang sudah menjadi problem akut negara ini namun belum juga tuntas penyelesaiannya, belum lagi ledakan tabung gas yang banyak memakan korban, perbuatan asusila yang dilakukan sejumlah artis yang membuat kita wajib prihatin akan generasi masa depan bangsa, kenaikan tarif dasar listrik yang semakin mencekik, Jakarta yang semakin tak tertata kemacetannya, dan masih banyak lagi yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Untuk dapat keluar dari itu semua, diperlukan sebuah tekad perjuangan kuat, pantang menyerah, dan tak kenal lelah. Syafi’i Ma’arif mengatakan, memang tidak mudah menyelesaikan masalah bangsa ini, namun kita tidak boleh pasrah dan menyerah.

Sebuah kata indah dan bijak mengatakan, “masalah adalah peluang untuk menjadi dewasa”. Memang benar, dari permasalahan, seseorang dapat mengambil pelajaran. Melalu permasalahan pula kita dapat berpikir dan bersikap lebih matang. Dan sejauh pengamatan kami terhadap beberapa orang, ternyata orang yang hidupnya dilingkupi banyak masalah terlihat lebih dewasa dari pada orang yang hidupnya memiliki sedikit masalah. Logikanya mudah, ikan yang hidup di air deras tentu lebih sehat dan kuat dari pada ikan yang hidup di air tenang. Hal tersebut berlaku pula bagi manusia dengan permasalahannya. Oleh karena itu hadapilah masalah dengan wajah ceria pda penuh semangat, sebab itu adalah peluang bagi kita untuk lebih dewasa, lebih kuat, dan lebih tahan banting guna menghadapi masalah selanjutnya yang mungkin lebih besar. Hanya orang pemurung dan putus asa saja yang akan tersingkir dari eksistensinya. Sementara mereka yang bergairah dalam menghadapi masalah akan terus melesat menaiki anak tangga hingga ke puncak kesuksesan yang diinginkannya. Namun perlu diingat bahwa tidak akan berguna setiap usaha jika tidak dibarengi doa. Usaha dan doa merupakan ciri khas kita sebagai umat Islam.

  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar